BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1 Kerangka Teori
2.1.1 Pengertian kepemimpinan
dan Gaya kepemimpinan
I.
Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan menurut Sarlito Wirawan
S. (2002: 206) dapat didefinisikan sebagai sarana pencapaian tujuan, yang
dimaksudkan dalam hubungan ini yaitu, pemimpin merupakan seseorang yang
memiliki suatu program dan berperilaku secera bersama-sama dengan
anggota-anggota kelompok dengan mempergunakan cara atau gaya tertentu, sehingga
kepemimpinan mempunyai peranan yang penting sebagai kekuatan dinamik yang
mendorong, memotivasi, dan mengkoordinasikan organisasinya dalam usaha mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Jadi, untuk menjadi seorang pemimpin
dalam suatu organisasi tidaklah mudah, karena menjadi seorang pemimpin harus
memiliki kecekatan dan kebijakan dalam mengambil keputusan, beribawa, tidak
otoriter, dapat memberikan contoh yang baik terhadap pegawainya, dan yang
terpenting adalah mampu memberikan motivasi kepada para pegawainya disaat
lemah. Sehingga, apabila menjadi seorang pemimpin tidak dianggap rendah oleh
para pegawainya, dan justru dihormati oleh para pegawainya.
II. Gaya Kepemimpinan
Setiap pemimpin pada dasarnya memiliki perilaku yang berbeda
dalam memimpin para pengawainya, perbedaan perilaku para pemimpin dalam
memimpin suatu organisasi disebut dengan gaya kepemimpinan. Jadi, Gaya
kepemimpinan merupakan suatu cara pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya yang
dinyatakan dalam bentuk pola tingkah laku atau kepribadian.
House dan Mitchel (dalam
http://artikelrande.blogspot.com/2010/07/ gaya-kepemimpinan_6811.html) mengemukakan adanya dua faktor yang
mempengaruhi perilaku kepemimpinan, yaitu faktor pribadi bawahan dan faktor
lingkungan kerja, kedua orang tersebut membedakan adanya empat gaya
kepemimpinan, yaitu:
a. Pemimpin Pengarah (Leader Directiveness)
Pemimpin pengarah yaitu, seorang
pemimpin yang mampu mengarahkan pegawainya kepada hal-hal yang menjadi tujuan
utama dalam suatu organisasi dan mengarahkan pegawainya kepada hal yang benar
bila melakukan kesalahan.
b. Pemimpin Pendukung (Leader Supportiveness)
Pemimpin pendukung yaitu, seorang
pemimpin yang tidak berpegang teguh terhadap pendapat diri sendiri, tetapi
mengahargai dan mendukung usul serta saran dari pegawainya demi kemajuan
organisasinya.
c. Pemimpin Peranserta (Participative Leadership).
Pemimpin peranserta yaitu, seorang
pemimpin yang tidak hanya bicara saja, tetapi seorang pemimpin mau bekerjasama
dan saling membantu terhadap pegawainya.
d. Kepemimpinan Berorientasi Prestasi (Achievement-Oriented
Leadership)
Kepemimpinan berorientasi prestasi,
maksudnya yaitu seorang pemimpin dalam memimpin organisasi mempunyai tujuan
yang jelas dan menjadikan organisasinya nomor satu diantara yang lain.
B. Pengaruh
Positif Motivasi Kerja terhadap Kinerja karyawan
Motivasi
KBBI (2008: 973), merupakan perpaduan antara keinginan dan energi untuk
mencapai tujuan tertentu. Memengaruhi motivasi seseorang berarti membuat orang
tersebut melakukan apa yang kita inginkan, karena fungsi utama dari
kepemimpinan adalah untuk memimpin, maka kemampuan untuk mempengaruhi orang
lain adalah hal yang penting.
Motivasi menurut Syaiful Bahri
Djamarah (2002: 115-116) dapat timbul melalui dua bagian yaitu, motivasi
intrinsik dan ekstrinsik.
1. Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah
motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari
luar, karena dalam setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.
Jadi dalam motivasi intrinsik, motivasi yang timbul dari dalam dirinya sendiri
dan bukan sebab lain.
2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah
kebalikan dari motivasi intrisik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang
aktif dan berfungsi karena karena adanya perangsang dari luar. Jadi dalam
motivasi ekstrinsik motivasi yang timbul karena faktor dari luar diri dan sebab
lain.
Dalam
proses memberi motivasi seorang pemimpin membimbing, memberi pengarahan,
mempengaruhi perasaan dan perilaku orang lain, memfasilitasi serta menggerakkan
orang lain untuk bekerja menuju sasaran yang diinginkan bersama. Semua yang
dilakukan pemimpin harus bisa dipersepsikan oleh orang lain dalam organisasinya
sebagai bantuan kepada pegawainya untuk dapat meningkatkan mutu kinerjanya.
Dalam hal ini usaha mempengaruhi perasaan mempunyai peran yang sangat penting.
Perasaan dan emosi orang perlu disentuh dengan tujuan untuk menumbuhkan
nilai-nilai baru, misalnya bekerja itu harus bermutu, atau memberi pelayanan
yang sebaik mungkin kepada pelanggan itu adalah suatu keharusan yang mulia.
Dengan nilai-nilai baru yang dimiliki itu orang akan tumbuh kesadarannya untuk
berbuat yang lebih bermutu.
Akan tetapi penting bagi seorang pemimpin untuk tidak
menjabarkan beberapa tindakan yang tidak memotivasi pegawainya. Tindakan yang
tidak memotivasi pegawainya menurut John C. Maxwell (2010: 65), seperti
meremehkan pegawainya, mengkritik karyawan di depan karyawan lain, memberi
perhatian setengah-setengah atau tidak memerhatikan karyawan, memerhatikan diri
sendiri, menganak emaskan seorang karyawan, tidak mendorong karyawan untuk berkembang,
tidak memedulikan hal-hal kecil, merendahkan karyawan yang kurang terampil,
ragu-ragu dalam mengambil keputusan, atasan yang ragu-ragu mengakibatkan
kebimbangan di seluruh organisasi.
Oleh sebab itu, sebagai calon pemimpin yang baik harus dapat
menghindari hal-hal yang membuat pegawai atau bawahannya menjadi bosan dalam
bekerja. Akan tetapi, memotivasi pegawainya agar tetap semangat dalam bekerja.
Untuk memotivasi pegawainya dapat dilakukan dengan melibatkan pegawainya dalam
proses pengambilan keputusan. Saran, rekomendasi, dan kritik adalah pendorong
yang paling efektif serta sangat memotivasi organisasi dalam mencapai tujuan.
C. Pengaruh
Gaya Kepemimpinan terhadap produktivitas karyawan
Kepemimpinan adalah usaha suatu
program pada saat terjadinya interaksi melalui komunikasi dengan gaya tertentu
yang memotivasi seseorang atau kelompok dengaan pengaruh yang tidak memaksa
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan kinerja karyawan
merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang
dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab
masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan
secara legal, tidak melanggar hukum, serta sesuai dengan moral maupun etika.
Kepemimpinan itu ditentukan dengan gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh
pemimpin itu sendiri, jika gaya kepemimpinan yang diberikan baik dan dapat
memberikan arahan kepada bawahan dengan baik maka kinerja pegawai akan
meningkat sesuai dengan gaya kepemimpinan yang diberikan.
D. Pengaruh
Motivasi Kerja terhadap Kinerja karyawan
Motivasi kerja adalah dorongan yang tumbuh dalam diri
seseorang, baik yang berasal dari dalam dan luar dirinya, untuk melakukan suatu
pekerjaan dengan semangat tinggi menggunakan semua kemampuan dan ketrampilan
yang dimilikinya. Untuk dapat memberikan hasil kerja yang berkualitas dan
berkuantitas maka seorang pegawai membutuhkan motivasi kerja dalam dirinya yang
akan berpengaruh terhadap semangat kerjanya sehingga dapat meningkatkan
meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
E. Pengaruh
Gaya Kepemimpinan dan Motivasi Kerja terhadap produktivitas karyawan
Gaya kepemimpinan ditentukan oleh pemimpin itu sendiri,
sehingga jika gaya kepemimpinan yang diterapkan baik dan dapat memberikan
arahan yang baik kepada bawahan, maka akan timbul kepercayaan dan menciptakan
motivasi kerja dalam diri pegawai, sehingga semangat kerja pegawai meningkat,
karena semangat kerja pegawai meningkat maka akan mempengaruhi kinerja
pegawai kearah yang lebih baik.
Jadi, gaya kepemimpinan dan motivasi kerja terhadap kinerja
pegawai dalam organisasi sangat menentukan kemajuan organisasi yang di
pimpinnya. Oleh karena itu, jadilah seorang pemimpin yang mampu mengorganisasi
pegawainya dan mampu menguatkan pegawainya dengan motivasi ketika pegawai
sedang memilik semangat kerja yang rendah, sehingga apa yang menjadi tujuan
dari organisasi akan tercapai.
2.1.2 Pengertian tentang Produktivitas kerja
Berikut
ini beberapa pengertian atau definisi produktifitas kerja, faktor-faktor yang
mempengaruhi produktifitas kerja, dan juga pengukuran produktifitas
kerja.Produktivitas berarti kemampuan menghasilkan sesuatu. Sedangkan kerja
berarti kegiatan melakukan sesuatu yang dilakukan untuk mencari nafkah mata
pencahrian (Poerwadarminta, 1984 : 70). Produktivitas kerja adalah
kemampuan menghasilkan suatu kerja yang lebih banyak daripada ukuran biasa yang
telah umum. (The Liang Gie,1981 : 3).
Pengertian produktivitas pada dasarnya mencakup sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa kehidupan di hari lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari baik dari hari ini (Sinungan, 1985 : 12). Secara teknis produktivitas adalah suatu perbandingan antara hasil yang dicapai (out put) dengan keseluruhan sumber daya yang diperlukan (in put). Produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran tenaga kerja persatuan waktu (Riyanto, 1986 : 22).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja adalah kemampuan karyawan dalam berproduksi dibandingkan dengan input yang digunakan, seorang karyawan dapt dikatakan produktif apabila mampu menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan diharapkan dalam waktu yang singkat atau tepat.
Pengertian produktivitas pada dasarnya mencakup sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa kehidupan di hari lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari baik dari hari ini (Sinungan, 1985 : 12). Secara teknis produktivitas adalah suatu perbandingan antara hasil yang dicapai (out put) dengan keseluruhan sumber daya yang diperlukan (in put). Produktivitas mengandung pengertian perbandingan antara hasil yang dicapai dengan peran tenaga kerja persatuan waktu (Riyanto, 1986 : 22).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa produktivitas kerja adalah kemampuan karyawan dalam berproduksi dibandingkan dengan input yang digunakan, seorang karyawan dapt dikatakan produktif apabila mampu menghasilkan barang atau jasa sesuai dengan diharapkan dalam waktu yang singkat atau tepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar